PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (ATAS)

 SEKOLAH MENENGAH ATAS (ATAS)



    SMA adalah kepanjangan dari Sekolah Menengah Atas yang merupakan tingkat pendidikan formal di Indonesia. Dalam manajemen pengelolaan SMA negeri atau pemerintah sekarang telah diubah menjadi tanggung jawab pemerintahan provinsi. Permendikbud No. 64 tahun 2014 tentang peminatan pada dikdasmen pasal 3 ayat 9 berbunyi peserta didik mengambil semua mata pelajaran yang tersedia dalam peminatan tertentu mulai awal semester 1 (satu) sampai dengan lulus serta ayat 10 berbunyi peserta didik dapat mengambil 3 (tiga) mata pelajaran yang tersedia setelah mendapat rekomendasi dari Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor sekolah. Dari UU tersebut diketahui bahwa para peserta didik pada awal pendaftaran dapat memilih program peminatan untuk memasuki dari tiga departemen yang ada, yakni MIPA, IPS, Bahasa dan Budaya. Sesuai dengan peraturan yang telah ada, secara tidak langsung siswa telah dipersiapkan untuk memilih jurusan sesuai minat untuk meniti karir masa depan. Terjadinya perubahan-perubahan dalam berbagai komponen pendidikan inipun akan berpengaruh terhadap peserta didik, dapat dimengerti bahwa peserta didik dalam proses penyesuaian diri terhadap perubahan perkembangan pendidikan ini acapkali mengalami hambatan dan kesulitan yang cukup berarti.

  Dengan adanya pelayanan bimbingan dan konseling yang program dan terarah serta dilaksanakan secara sistematis maka diharapkan peserta didik akan mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan pendidikan ini. 2 Prinsipnya Sekolah Menengah Atas mempunyai tugas perkembangan tahap akhir usia remaja bahwa peserta didik SMA diharapkan mampu membuat keputusan berkenaan dengan pengambilan keputusan pilihan karir masa depan. Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam Ali & Asrori, 2015: 171) yaitu tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Havighurst realita yang ada dilapangan kebanyakan dari siswa masih bingung dalam menentukan keputusan karir dan masa depannya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman informasi yang mereka peroleh sebagai bekal dalam kematangan pemilihan karirnya. Kebanyakan mereka bingung apakah keputusan yang akan mereka pilih nantinya membawa kearah keberhasilan bahkan sebaliknya justru akan membawa kearah kegagalan atau dengan kata lain akan sia-sia. Hal yang sebaliknya terjadi pada siswa dengan kategori motivasi rendah. Sesuai dengan penelitian tersebut diketahui bahwa diperlukannya layanan bimbingan atau intervensi lain dalam meningkatkan kematangan karir siswa. Lulusan SMA disiapkan untuk melanjutkan pendidikan jenjang selanjutnya. Akan tetapi tidak semua lulusan SMA sejalan dengan kewenangan yang ada. Masih banyak lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi atau memilih untuk bekerja bahkan bagi kaum perempuan lulus SMA langsung menikah. Masalah- masalah tersebut masih banyak terjadi di Indonesia. 


Komentar